Kamis, 12 Januari 2012

Syekh Maghribi, Sang Guru Rakyat (3)



Syekh Malik atau Syekh Maulana Malik Ibrahim diyakini banyak mengalami peristiwa seperti cerita-cerita di atas sebelumnya. Hampir semua penduduk Jawa saat itu pada 1380 M adalah pemeluk Hindu dan masih berada dalam kepercayaan animisme. Lewat cara-cara kongkrit seperti itulah ia mengajarkan Islam. Selain disokong dengan karamah Allah yang ada padanya, Syekh Malik selalu menunjukkan ajaran dan nasihat lewat kerja nyata.


Tak ada yang tahu pasti kapan Syekh Malik dilahirkan. Sejarahnya mulai ditulis saat ia mulai menjejakkan kakinya di tanah Jawa, tepatnya di perairan Gresik. Ada yang mengatakan ia berasal dari Turki. Ada juga yang mengatakan ia dari Gujarat, India yang sering melakukan kunjungan niaga ke pesisir Jawa.


Syekh Malik memang dikenal juga sebagai pedagang dan saudagar. Bahkan di Jawa ia kerap menggelar dagangan berupa kebutuhan pokok masyarakat dengan harga murah. Sumber lain menyebutkan, ia berasal dari Arab Saudi. Lainnya menyebut, ia dari Campa. Tapi yang pasti, Syekh Malik berasal dari bagian barat Jawa, bisa Asia Selatan, Timur Tengah, atau bahkan Afrika. Hal ini merujuk pada panggilannya yang lain, yakni Syekh Maghribi, yang berarti “guru dari Barat”.


Ayahnya adalah Barebat Zainul Alam, seorang ulama. Konon ayahnya inilah yang menitahkan Syekh Malik agar menyebarkan agama Islam di Jawa yang waktu diperintah Majapahit. Stamford Raffle, yang menjadi Gubernur Jenderal Inggris untuk Jawa (1781-1826) menulis dalam bukunya, History of Java, bahwa Syekh Malik adalah keturunan Sahabat Nabi, Ali Bin Abi Thalib. Dituliskannya bahwa Syekh Malik adalah keturunan yang ke-16.


Tiba di Gresik Syekh Malik kemudian juga dikenal sebagai Sunan Gresik. Di sana ia mulai melancarkan dakwahnya. Kedatangannya menyebarkan kesejukan bagi penduduk desa itu. Tak pernah tangannya berat untuk menolong orang. Ia juga mempunyai kepandaian mengobati berbagai penyakit.


Dengan modal itulah sedikit demi sedikit dirinya masuk kedalam relung-relung kehidupan masyarakat, yang ia dakwahi adalah rakyat jelata karena merekalah yang paling membutuhkan pencerahan dari keberkahan Islam.


Bagitulah Syekh Malik, penjejak cahaya Islam pertama di tanah Jawa. Tak ada konfrontasi yang diciptakannya dengan penguasa. Bahkan ia minta izin dengan baik-baik dengan misi Islamnya kepada rakyat Gresik. Ia menyusuri setiap sudut desa dan perkampungan kecil. Di sana ia menyapa dan menaburkan Islam. Islam dalam bentuk rahmat, keselamatan bagi alam semesta.


Di Desa Leran, Syekh Malik yang tak kuasa menampung antusiasme masyarakat untuk mengenal Islam, akhirnya mencetuskan pemikiran untuk mendirikan pesantren. Sayang tidak tercatat apa nama pesantren yang didirikan itu, yang merupakan pesantren pertama di tanah Jawa.


Demikianlah Syekh Malik benar-benar menjadi guru bagi rakyat. Tak tercatat bahwa ia pernah memasuki bidang lain, seperti politik dan lain-lainnya.


Ia menetap di pesantrennya dan mengajarkan Islam bagi siapa saja yang ingin belajar. Tahun 1419 M, wali songo nomor satu ini wafat. Ajarannya di kemudian hari dilanjutkan oleh sunan-sunan lain sampai Islam dengan kalimat Allah-nya benar-benar tegak di Jawa, tegak dan tetap menciptakan rahmat dan keberkahan di tengah pasang dan surutnya.


Habis


Sumber Kisah: Alkisah Nomor 11/tahun1/8-21 Desember 2003

Tidak ada komentar: